Rabu, 03 September 2014

Seperti kamar yang kesepian

Seperti kamar yang kesepian

Aku  berangkat  dari  ketiadaan  untuk  mencari ketiadaan,  dalam  kesepian  cinta  padamu  ku  sempurnakan.


Kau  suka sekali berjalan kaki,  bukan  karena  tidak  memiliki  kendaraan,  tapi  karena  tidak  bisa  mengendarainya,  itu  lucu  sekali  buatku.  Aku  tidak  suka  berjalan  kaki namun  aku  tidak  kerepotan  jika  harus  menemanimu  berjalan,  sekalipun  panas  terik,  atau  harus  basah  kuyup  karena  hujan,  semua ini   karena  berjalan  beriringan  denganmu  lebih  menyenangkan  ketimbang  harus  sendirian  di  dalam  kendaraan.
Malam  itu  kau  memintaku  bertemu  di sebuah  coffee shop , aku  datang  lebih  dulu,  sambil  menunggu  aku  memesan  secangkir  espresso, beberapa  menit  kemudian  kau  sampai  dengan  baju  yang  basah.
“ Maaf  menunggu  lama  ya ? di luar hujan, tadi terpaksa  aku harus  meneduh “,  Katamu sambil meneguk coffee yang sudah ku pesan.
 “ uhhh pahit  sekali “ katamu lagi.
“  kamu ini, makanya jangan asal main teguk, kau sudah tahu apa yang selalu aku minum, kau lebih suka teh dari pada kopi hitam “, balasku sedikit kesal.
“ ia maaf, yasudah hayu kita jalan lagi, takut kemalaman “.
“ hayu “, balasku sambil kami sama-sama bergegas.
Malam  yang  kedatangan  hujan,  dan  aku yang di hampirinya tentu sama-sama sedang merayakan kebahagiaan. Kita berjalan beriringan di bawa hujan  namun tidak di bawah payung, badannya yang jangkung mencoba menahan gerimis  yang  jatuh di rambutku dengan jaketnya, sungguh  kebahagiaanku  ini  mampu mengalahakan  kebahagiaan dua mempelai pengantin sekalipun.
Sepanjang malam kita habiskan dengan berjalan, kau suka sekali berjalan ya jangkung, aku kelelahan namun  aku tak kerepotan, sekalipun kau mengajakku  berlari mengejar matahari pagi.  Lalu langkah kita berhenti di sebuah kamar yang kesepian.  Selepas membersihkan diri kau dan aku duduk bersampingan, kaki kita sama-sama lelah, namun masih mau berjalan beriringan.  Kau menatapku begitu dalam, matamu semisal sajak yang menusuk kedalaman jiwa, sesekali terasa bagai mata laki-laki menelanjangi kupu-kupu malam, lalu tanganmu yang dingin menyentuh bibirku yang mengigil, seketika ciumanmu tandas di bibirku, jatuh perlahan, lalu berdiam, ciumanmu yang basah  lebih dulu sampai dari pada embun pagi hari yang jatuh ke tanah, lalu pada mataku, seketika semesta sekejap terang sekejap gelap, ciumanmu yang hangat menyelamatkanku dari kedinginan.
Kamar yang kesepian ini tak lagi sunyi, ada sepasang  tubuh yang  jatuh di ranjang  seperti pertunjukan paling berahi, ada pula  desah yang terdengar bagai  lantunan orcesta, sesekali di setiap sekat  adegan  pelukan turut  di perankan, sebagai sepasang ballerina yang menari sambil mendekap lawan, dan tawa kecil seperti kembang api yang meletup-letup di udara. Malam ini meriah, kata kamar yang tak lagi kesepian.
“ kau suka begini ? “ tanyamu.
“ begini bagaimana maksudmu ? “ tanyaku sedikit bingung.
“ bersamaku berdua, bersembunyi dari keramain kota ? “.
“ bukankah aku sudah bersembunyi ? di hatimu yang tidak di ketahui siapa-siapa, bahkan hatimu sendiri, kau menyembunyikan aku dari hati yang lebih dulu kau kunjungi bukan ? dan kau bersembunyi di balik kesepianku,  hingga dalam kesepian cinta padamu ku sempurnakan “.
“ kau sudah ku tempatkan di hatiku, di tempat yang aman  “.
“ dimana ? “.
“ di hatiku! “.
“ dimana ? “.
 “ maksudmu ini apa ? sudah ku bilang kau ada di hatiku, di tempat yang  aman “.
“ aku bisa percaya kau menyimpanku di hatimu, di tempat yang kau bilang aman, tapi aku tidak percaya kau ingat dimana tepatnya aku di simpan, aku tak mau hanya di simpan, aku juga mau di kunjungi, jika kau lupa, lalu aku hanya berteman sepi di hatimu sendiri ? begitu ? “.
“ .... “.
“ kenapa diam ? “
“ dimana kau menyimpan aku?, jangan hanya tahu bagaimana meletakkan bibirmu di bibirku, tentu kamu sudah piawai, atau bagaimana caranya memeluk aku, ahhhh dimana tepatnya kamu m e n y i m p a n aku ? “.
“  aku minta maaf, kau begitu marah seperti ini mungkin kau sudah tahu, maaf memang tak seharusnya aku menyembunyikan semuanya,  di hatiku sudah padat, kamu ku simpan di dalam hati yang paling dalam, tenggelam, hingga mungkin tak bisa lagi ku raih. Aku tidak mencintainya tapi  juga tak bisa meninggalkannya, kamu lebih menyegarkan untukku lebih dari pagi hari, kamu lebih menenangkan buatku lebih dari malam hari yang sepi, kamu lebih menggairahkan dari pada sloki-sloki wiski, kamu mabuk yang ku cari, aku tak mengatakannya  musabab aku ingin kau terus merindukanku “.
“ sepertinya kau lebih pantas menjadi laila, lalu akulah majnunnya, aku sudah sampai padamu memang dengan menggebu-gebu, kau menerimaku dengan begitu hangat, memang untuk sampai padamu aku tidak perlu melewati terjal, namun sepanjang mencintaimulah aku harus  karib dengan luka, aku sudah terlalu jauh berjalan hingga lupa jalan pulang, aku mau bermukim saja di hatimu yang tak punya jalan keluar. Mencintaimu bukanlah soal menang atau kalah, mencintaimu bukan perdebatan yang harus di menangkan, bukan pulang perlombaan, kau pastilah tahu siapa yang bernama nyaman dan sebenar-benarnya pulang. Aku akan terus merindukanmu, hari ini, esok, dan entah sampai kapan  “.
Sekejap ruang ini hening, sepi seolah mematik api, membakar segalanya yang luka, membakar semuanya yang tadi begitu membahagiakan. Ciumanmu kembali lagi pada rumahnya di bibirku, pelukanmu pulang lagi kepada tubuhku, kau begitu takut  tidak di cintai padahal aku tidak akan berhenti, aku begitu takut kehilangan sedang pelukanmu erat hanya untuk mengingatkan bahwa aku mencintaimu.
Aku sudah tahu, begitu sampai di rumah, kau hanya mengingat-ngingat pertunjukan yang penuh desah,  tidak dengan aku, tidak dengan aku, tidak dengan aku yang tersesat di hatimu.
Aku kembali kesepian seperti kamar yang kembali sepi. Sepanjang mencintaimu, biarlah rindu ini tanpa nama, sepanjang mencintaimu biarlah kau bernama tiada, sebab aku akan lebih mengerti bagaimana perihnya kehilangan, dengan begitu dalam kesepian ini aku akan khusyuk berguru pada sepi, hingga cinta padamu dapat ku sempurnakan.
Datanglah padaku, kelak jika aku sudah padai mencintaimu, dan kau ingat dimana kau menyembunyikanku.
2014

Untuk pejalan kaki yang tersesat di hatinya sendiri

1 komentar:

  1. How to play free game with no ads | Vimeo
    I do not convert youtube video to mp3 know if you should use Google Ads. This is a big problem with Google Ads. It is one of the most important sites in the internet that

    BalasHapus